INTERNAL CONTROL AS THE SOUL OF TRANSFORMATION: Mengawal Tradisi, Merajut Inovasi Menuju UINSU Unggul dan Berintegritas di Usia 52 Tahun

Memasuki usia ke-52 tahun, UIN Sumatera Utara (UINSU) bukan lagi berada di fase pertumbuhan, melainkan dalam fase transformatif. Usia yang setengah abad lebih dua tahun ini adalah momen yang tepat untuk berefleksi: bagaimana sebuah institusi pendidikan yang sarat dengan tradisi keilmuan Islam dapat bertransformasi menjadi universitas yang unggul dan kompetitif di era disruptif tanpa kehilangan jati dirinya? Dalam narasi transformasi yang seringkali didominasi oleh inovasi teknologi dan kurikulum, ada satu elemen krusial yang kerap terlupakan, namun justru menjadi penentu keberlanjutan: pengendalian internal. Satuan Pengawasan Internal (SPI) harus bergeser peran dari fungsi compliance semata menjadi jiwa (soul) dari transformasi itu sendiri, yang mengawal tradisi sekaligus merajut inovasi.

Pertama, mari kita pahami makna “mengawal tradisi”. UINSU dibangun di atas fondasi nilai-nilai luhur keislaman, keindonesiaan, dan kekayaan intelektual tradisi pesantren. Tradisi ini melahirkan karakter yang menekankan pada integrity, amanah, dan keluhuran akhlak. Dalam konteks transformasi, peran SPI adalah memastikan bahwa nilai-nilai tradisi ini tidak tergerus. SPI bukanlah penjaga museum yang kaku, melainkan pengawal nilai (guardian of values) yang memastikan bahwa setiap lompatan inovasi tetap berlandaskan pada etika dan prinsip tata kelola yang baik. Ketika UINSU mengadopsi sistem keuangan digital, SPI memastikan akuntabilitasnya terjaga. Ketika merancang program studi baru, SPI memastikan prosesnya transparan dan memenuhi standar mutu. Dengan demikian, tradisi yang dijaga adalah tradisi bernilai, bukan tradisi yang membelenggu.

Kedua, “merajut inovasi” membutuhkan sebuah kerangka kerja yang aman dan terpercaya. Inovasi, tanpa kendali, bagai mobil balap tanpa rem—cepat melaju namun penuh risiko. Transformasi UINSU menuju cyber university, penerapan Kampus Merdeka, dan kolaborasi internasional membawa serta kompleksitas dan risiko baru, mulai dari risiko siber, kebocoran data, hingga penyimpangan dalam pengelolaan dana. Di sinilah SPI hadir sebagai perajin yang cermat (careful weaver), yang menyulam benang-benang inovasi tersebut ke dalam kain yang kokoh bernama Sistem Pengendalian Internal. SPI melakukan risk-based auditing, sehingga dapat mengidentifikasi titik-titik rawan dan merekomendasikan penguatan kontrol before things go wrong. Pendekatan ini mengubah SPI dari pihak yang hanya mencari kesalahan (fault-finder) menjadi mitra strategis yang membantu setiap unit kerja untuk berinovasi dengan percaya diri karena memiliki “pengaman”.

Konsep “Internal Control as The Soul of Transformation” menempatkan SPI pada posisi yang sentral dan proaktif. Jiwa memberikan kehidupan, arah, dan koordinasi bagi seluruh organ tubuh. Demikian pula SPI, sebagai jiwa transformasi, berperan dalam:

  1. Memberikan Arah dan Nilai (Providing Direction and Values): Memastikan seluruh kebijakan dan program transformasi selaras dengan visi-misi UINSU dan prinsip good university governance.
  2. Memfasilitasi dan Melindungi (Facilitating and Protecting): Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya inovasi yang bertanggung jawab, sekaligus melindungi aset dan reputasi universitas dari potensi penyimpangan.
  3. Menyelaraskan (Aligning): Memastikan bahwa seluruh elemen kampus, dari pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa, bergerak dalam satu irama yang sama menuju tujuan bersama: UINSU yang Unggul dan Berintegritas.

Pada akhirnya, di usia yang ke-52 tahun, kematangan UINSU harus ditunjukkan bukan hanya pada bangunan fisik atau jumlah program studi, tetapi pada kedewasaan dalam bertata kelola. Integritas dan keunggulan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Sebuah universitas tidak mungkin disebut unggul jika proses pencapaiannya penuh dengan celah ketidaktransparanan. Sebaliknya, integritas tanpa diiringi inovasi dan keunggulan akademik akan membuat universitas tertinggal.

Oleh karena itu, marilah kita melihat Dies Natalis ke-52 ini sebagai titik tolak untuk memperkuat peran SPI sebagai jiwa dari transformasi. Dengan semangat “mengawal tradisi”, kita jaga nilai-nilai luhur warisan leluhur. Dengan semangat “merajut inovasi”, kita bangun masa depan dengan tata kelola yang bersih, akuntabel, dan transparan. Hanya dengan sinergi antara tradisi, inovasi, dan pengendalian internal yang kuat, UINSU akan benar-benar mewujudkan cita-citanya sebagai universitas yang unggul, bermartabat, dan berintegritas, siap membangun peradaban untuk 52 tahun ke depan dan seterusnya.

Selamat Hari Jadi ke-52, UINSU. Teruslah Bertransformasi dengan Jiwa yang Teguh.